Powered By Blogger

Jumat, 10 Februari 2012

TB PADA ANAK


LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS PARU

A.    PENGERTIAN
Tuberkulosis pulmoner adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. (suyono, 2001)
B.     ETIOLOGI
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA).
C.    PATOFISIOLOGI & PATHWAYS
1.      PATOFISIOLOGI
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak diri, basil juga dipindahkan melalui system limfe dan pembuluh darah ke area paru lain dan bagian tubuh lainnya.
System imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menelan banyak bakteri, limfosit specific tuberculosis melisis basil dan jaringan normal, sehingga mengakibatkan penumpukkan eksudat dalam alveoli dan menyebabkan bronkopnemonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif. Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya disebut komplek Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi, memebentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon inadekuat system imun, maupun karena infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke bronki. Bakteri kemudian menyebar di udara, mengakibatkan penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut. (Smeltzer & Bare,2001)

2.      PATHWAYS
Tidak efektif pembersihan jalan nafas
 
Resti penyebaran infeksi pada orang lain
 
Udara tercemar                 dihirup individu rentan              kurang informasi     
Mycobacterium
Kurang pengetahuan
 
tuberculosis                               masuk paru                       
                                                                 
                                              menempel alveoli         
Hipertermia
 
                                                                                             
                                        reaksi inflamasi/peradangan

                                penumpukkan eksudat dalam alveoli

                   tuberkel                                                     produksi secret berlebih

meluas     mengalami perkejuan      secret sukar dikeluarkan     dibatukkan/bersin

penyebaran      kalsifikasi                                                           terhirup orang lain
hematogen
limfogen              mengganggu perfusi
    & difusi O2
Kerusakan pertukaran gas
 
            peritoneum

            asam lambung ↑


Resti penyebaran infeksi pada diri sendiri
 
 
mual, anoreksia

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
 
 






D.    KLASIFIKASI
Klasifikasi tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologist dan mikrobiologis :
1.      Tuberkulosis paru
2.      Bekas tuberculosis paru
3.      Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam :
a.       TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda lain positif)
b.      TB paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain meragukan)
E.     MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada infeksi awal dan mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif.bila timbul infeksi aktif klien biasanya memperlihatkan gejala :batuk purulen produktif disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi hari), malaise, keringat malam, gejala flu, batuk darah, kelelahan, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan. (Corwin,2001)
F.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Darah : lekosit sedikit meninggi, LED meningkat
2.      Sputum : BTA dilakukan untuk memperkuat diagnosa TB aktif dan memperkirakan tingkat infeksinya, ini dilakukan selama dalam 3 hari berturut-turut. Pada BTA positif ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman dalam satu sediaan, dengan kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml sputum.
3.      Tes tuberculin : tes ini dikatakan positif jika indurasi lebih dari 10 – 15 mm.  
4.      Rontgent : Foto thorak PA tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas berupa cincin; pada kalsifikasi tampak bercak padat dengan densitas tinggi.
5.      Broncografi : pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkus dan paru.
6.      Pemeriksaan serologi : ELISA, Mycodot, untuk mendeteksi antibody IgG specific terhadap basil TB.
7.      Pemeriksaan PA : pemeriksaan biopsy pada kelenjar getah bening superficial leher, yang biasanya didapatkan hasil limfadenitis pada klien TB. (Revees, 2001)
G.    PENATALAKSANAAN
·         Penyuluhan tentang penyakit kepada semua anggota keluarga.
·         Pemberian obat-obatan :
Ø  OAT (obat anti tuberkulosa) :
Ø  0bat ini diberikan dalam jangka waktu tertentu dan jumlah tertentu pula yang harus dilakukan sampai tuntas / diminum sampai habis.
Ø  Bronchodilatator / Expektoran
Ø  OBH
Ø  Vitamin
·         Menjaga kesehatan fisik dengan aktifitas teratur, pola hidup sehat, termasuk makan makanan sehat bergizi.
·         Fisioterapi dan rehabilitasi
·         Konsultasi secara teratur tentang perkembangan penyakitnya.
H.    PENGKAJIAN
1.      Aktifitas/istirahat
Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek, sulit tidur atau demam pada malam hari, menggigil, berkeringat.
Takikardia, takipnea/dispnea, kelelahan otot, nyeri, sesak(tahap lanjut).
2.      Integritas ego
Stress lama, perasaan tidak berdaya/ tidak ada harapan.
Menyangkal (pada tahap dini), ansietas, ketakutan.
3.      Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat badan.
Turgor kulit buruk, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
4.      Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada karena batuk berulang.
Perilaku distraksi, berhati-hati pada area sakit, gelisah.
5.      Pernafasan
Batuk (produktif/tidak produktif), nafas pendek.
Peningkatan frekuensi pernafasan, pengembangan paru tidak simetri, perkusi paru pekak dan penurunan fremitus, deviasi tracheal.
6.      Keamanan
Adanya kondisi penekanan imun, demam rendah atau sakit panas akut.
7.      Interaksi social
Perasaan isolasi/penolakan, perubahan peran.
I.       DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain b.d virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
2.      Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas b.d secret kental, upaya batuk buruk.
3.      Resiko kerusakan pertukaran gas b.d kerusakan membrane alveolar kapiler, penurunan permukaan efektif paru.
4.      Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
5.      Hiperthermia b.d proses peradangan.
6.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan penyakit b.d kurang/tidak lengkap informasi yang ada.
J.      INTERVENSI
1.      Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain b.d virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
Tujuan : klien dapat mengidentifikasi tindakan untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Kriteria hasil : klien menunjukkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Intervensi :
a.       Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infekasi melalui droplet
b.      Identifikasi orag lain yang beresiko (anggota keluarga/teman)
c.       Anjurkan klien untuk batuk / bersin pada tisu dan menghindari meludah
d.      Lakukan tindakan isolasi sebagai pencegahan
e.       Pertahankan teknik aseptic saat melakukan tindakan perawatan
f.       Kaji adanya tanda-tanda klinis proses infeksi
g.      Identifikasi adanya factor resiko terjadinya infeksi ulang
h.      Beritahu klien dan keluarga tentang pentingnya pengobatan yang tuntas
i.        Kolaborasi pemberian obat anti tuberculosis
2.      Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas b.d secret kental, upaya batuk buruk.
Tujuan : mempertahankan jalan nafas adekuat
Kriteria hasil : klien dapat mengeluarkan secret tanpa bantuan, menunjukkan perilaku memperbaiki bersihan jalan nafas
Intervensi :
a.       Kaji fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan irama, kedalaman, penggunaan otot aksesori
b.      Kaji kemempuan klien untuk mengeluarkan sputum/batuk efektif
c.       Berikan posissi semi atau fowler tinggi
d.      Bantu klien untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif
e.       Bersihkan secret dari mulut/trachea, lakukan penghisapan jika perlu
f.       Pertahankan asupan cairan 2500 ml per hari
g.      Kolaborasi pemberian obat agen mukolitik, bronkodilator
3.      Resiko kerusakan pertukaran gas b.d kerusakan membrane alveolar kapiler, penurunan permukaan efektif paru.
Tujuan : klien tidak menunjukkan gejala distress pernafasan
Kriteria hasil : rentang AGD dalam batas normal, tidak ada dispnea
Intervensi :
a.       Kaji dispnea, takipnea, peningkatan upaya bernafas, terbatasnya ekspansi dada dan kelemahan
b.      Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis, perubahan warna kulit
c.       Tingkatkan tirah baring/batasi aktifitas, bantu ADL
d.      Kolaborasi pemberian oksigen dan pengawasan AGD
4.      Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
Tujuan : klien bebas dari tanda malnutrisi
Kriteria hasil : BB naik,
Intervensi :
a.       Kaji status nutrisi, turgor kulit, integritas mukosa oral, berat badan dan kekurangan BB, kemampuan menelan, riwayat mual, muntah, diare
b.      Pastikan pola diet yang disukai atau tidak disukai klien
c.       Berikan diit tinggi protein dan karbohidrat dalam porsi kecil tetapi sering
d.      Awasi masukan/pengeluaran dan perubahan BB secara periodik
e.       Berikan perawatan mulut setiap hari
f.       Dorong orang terdekat untuk membawa makanan  kesukaan klien, kecuali kontraindikasi
g.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
5.      Hiperthermia b.d proses peradangan.
Tujuan : mempertahankan suhu tubuh normal
Intervensi :
a.       Pantau suhu tubuh klien, perhatikan menggigil/diaforesis
b.      Pantau suhu lingkungan dan ventilasi
c.       Batasi penggunan pakaian atau linen tebal
d.      Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol
e.       Anjurkan untuk mempertahankan masukan cairan adekuat untuk mencegah dehidrasi
f.       Kolaborasi pemberian antipiretik
6.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan penyakit b.d kurang/tidak lengkap informasi yang ada.
Tujuan : klien memahami proses penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kriteria hasil : klien melakukan perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan
Intervensi :
a.       Kaji kemampuan klien untuk belajar, tingkat partisipasi
b.      Identifikasi gejala yang harus dilaporkan klien ke perawat (hemoptisis, nyeri dada, demam, sulit bernafas)
c.       Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus untuk klien (jadwal obat)
d.      Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, efek samping dan alasan pengobatan lama
e.       Berikan inforamasi mengenai proses penyakit, prognosis, cara pencegahan dan penularan
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical–surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A.  Jakarta: EGC; 2000
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta: EGC; 1999
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001
Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001

















LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TUBERKULOSIS


Logo Baru STIKES htm.JPG















Oleh:
Ferry Rama Purnama
07.01.0601


                                               



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN VII
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
2012

ASUHANKEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK KASAR

  1.  PENGERTIAN
            Motorik  kasar mencakup gerakan otot-otot besar seperti otot tungkai dan lengan pada bayi berupa gerakan menendang,menjejak , meraih, mengangkat leher, dan menoleh. Pertumbuhan kemampuannya harus terus di pantau dan di stimulasi agar anak dapat tumbuh dan berkembang optimal.

·         Urutan perkembangan motorik  kasar pada anak.:

1.      Menggerakkan kaki tangan saaat berbaring
Sejak lahir bayi sudah memiliki reflex untuk menggerakkan kaki dan tangannya secara sederhana . menginjak usia 1 bulan dia mulai blajar menggerakkan kaki dan tangannya ke atas.
2.      Menggangkat kepala telungkup
Mengangkat kepala saat telungkup umumnya baru bis di lakukan bayi berusia 2 bulan . namun tidak menutup kemungkinan jika sebelum usia 2 bulan bahkan 1 bulan.
3.      Memiringkan badan saat telungkup
Memiringkan  badan saat telungkupumumnya sudah dapat dilakukan bayi usia 3-4 bulan. Latihlah gerakan ini denagn membunyikan mainan dari arah samping / memanggil namanya.
4.      Telungkup sendiri
Bayi berusaha untuk telungkup sendiri pada umumnya dapat dilakukan di usia 4-5 bulan , dan membutuhkan bantuan orangtua . menstimulasi berulang kali sampai melakukannya sendiri.
5.      Duduk
Di usia 4-6 bulan bayi belum bias duduk sendiri , namun orangtua sudah bias memposisikannya duduk saat si kecil di gendong . usia 6-7 bulan mampu duduk sendiri meski Cuma sebentar tanpa di bantu. Usia 8 bulan sudah dapat duduk kurang lebih 10 menit dan usia 9-10 bulan duduk sendiri.


6.      Merangkak
Kemampuan merangkak bayi usia 8-10 bulan meski beberapa bayi sudah dapat merangkak pada usia 6-7 bulan , tapi tidak semua bayi dapat merangkak / melalui tahapan kemampuan ini sebelum berdiri dan berjalan
7.      Berdiri
Di usia 4-5 bulan , bayi sangat senang bial di berdirikan di atas pangkuan kita . berdiri sendiri mulai belajar dilakukannya pada usia 9 bulan lalu usia 10-12 bulan sudah berdiri sendiri tanpa bantuan.
8.      Berjalan
Umumnya anak dapat berjalan di rentang usia 13-15 bulan
·         4 stimulasi motorik kasar :
1.      Jalan
Sebelum orangtua memberikan stimulasi pada anak, pastikan anak sudah melalui perkembangan sebelumnya, seperti duduk, merangkak, dan berdiri. Pada kemampuan motorik kasar ini, yang harus distimulasi adalah kemampuan berdiri, berjalan ke depan, berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat/meloncat, berlari, berdiri satu kaki, menendang bola, dan lainnya. Berjalan seharusnya dikuasai saat anak berusia 1 tahun sementara berdiri dengan satu kaki dikuasai saat anak 2 tahun.
Untuk berjalan, perkembangan yang harus dikuatkan adalah keseimbangan dalam hal berdiri. Ini berarti, si kecil tak hanya dituntut sekadar berdiri, namun juga berdiri dalam waktu yang lebih lama (ini berkaitan dengan lamanya otot bekerja, dalam hal ini otot kaki).
Bila perkembangan jalan tidak dikembangkan dengan baik, anak akan mengalami gangguan keseimbangan. Si kecil jadi cenderung kurang pede dan ia pun selalu menghindari aktivitas yang melibatkan keseimbangan seperti main ayunan, seluncuran, dan lainnya. Sebaliknya, anak lebih memilih aktivitas pasif seperti membaca buku, main playstation, dan sebagainya.
Stimulasi:
Orangtua berdiri berjarak dengan anak sambil memegang mainan yang menarik. Gunakan karpet bergambar atau tempelkan gambar-gambar yang menarik di lantai. Minta anak untuk menginjak karpet/lantai. Misalnya, “Ayo Dek, injak gambar gajahnya!”
Mainan seperti mobil-mobilan atau troli yang bisa didorong-dorong juga bisa membantu anak belajar berjalan.
2.      Lari
Perkembangan lari akan memengaruhi perkembangan lompat dan lempar serta kemampuan konsentrasi anak kelak, Pada tugas perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh, kecepatan gerakan kaki, ketepatan 4 pola kaki-(heel strike/bertumpu pada tumit, toe off/telapak kaki mengangkat kemudian kaki bertumpu pada ujung-ujung jari kaki, swing/kaki berayun dan landing/setelah mengayun kaki menapak pada alas)dan motor planning (perencanaan gerak).
Lalu apa hubungan perkembangan lari dengan kemampuan konsentrasi? Begini, pada perencanaan gerak (salah satu syarat tugas perkembangan lari) dibutuhkan kemampuan otak untuk membuat perencanaan dan dilaksanakan oleh motorik dalam bentuk gerak yang terkoordinasi. Nah, kemampuan perencanaan gerak tingkat tinggi (seperti lari) akan memacu otak melatih konsentrasi.
Jika perkembangan lari tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah dalam keseimbangannya, seperti mudah capek dalam beraktivitas fisik, sulit berkonsentrasi, cenderung menghindari tugas-tugas yang melibatkan konsentrasi dan aktivitas yang melibatkan kemampuan mental seperti memasang pasel, tak mau mendengarkan saat guru bercerita (anak justru asyik ke mana-mana), dan lainnya.
Stimulasi
Stimulasi lari bisa dimulai ketika anak berada pada fase jalan, sekitar usia 12 bulan ke atas. Aktivitasnya bisa berupa menendang bola, main sepeda (mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan kemudian roda 2) serta naik turun tangga.
3.      Lompat
Kemampuan dasar yang harus dimiliki anak adalah keseimbangan yang baik, kemampuan koordinasi motorik dan motor planning (perencanaan gerak). Contoh, saat anak ingin melompati sebuah tali, ia harus sudah punya rencana apakah akan mendarat dengan satu kaki atau dua kaki. Kalaupun satu kaki, kaki mana yang akan digunakan.
Jika anak tidak adekuat dalam perkembangan melompat, biasanya akan menghadapi kesulitan dalam sebuah perencanaan tugas yang terorganisasi (tugas-tugas yang membutuhkan kemampuan motor planning).
Stimulasi:
Lompat di tempat atau di trampolin. Jangan lompat-lompat di tempat tidur karena meski melatih motorik namun “mengacaukan” kognitif. Dalam arti, mengajarkan perilaku atau mindset yang tidak baik pada anak. Karena seharusnya tempat tidur bukan tempat untuk melompat atau bermain.
Lompatan berjarak (gambarlah lingkaran-lingkaran dari kapur atau gunakan lingkaran holahop yang diatur sedemikian rupa letaknya). Minta anak untuk melompati lingkaran-lingkaran tersebut, gradasikan tingkat kesulitan dengan memperlebar jarak dan menggunakan kaki dua lalu satu secara bergantian.




4.      Lempar
Pada fase ini yang berperan adalah sensori keseimbangan, rasa sendi (proprioseptif), serta visual. Peran yang paling utama adalah proprioseptif, bagaimana sendi merasakan suatu gerakan atau aktivitas. Umpama, pada saat anak melempar bola, seberapa kuat atau lemah lemparannya, supaya bola masuk ke dalam keranjang atau sasaran yang dituju.
Jika kemampuan melempar tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah dengan aktivitas yang melibatkan gerak ekstrimitas atas (bahu, lengan bawah, tangan dan jari-jari tangan). Seperti, dalam hal menulis. Tulisannya akan tampak terlalu menekan sehingga ada beberapa anak yang tulisannya tembus kertas, atau malahan terlalu kurang menekan (tipis) atau antarhurufnya jarang-jarang (berjarak). Dalam permainan yang membutuhkan ketepatan sasaran pun, anak tidak mahir. Umpama, permainan dartboard. Aktivitas motorik halus lainnya juga terganggu semisal pakai kancing baju, menali sepatu, makan sendiri, meronce, main pasel, menyisir rambut, melempar sasaran, dan lain-lain. Intinya, stimulasi pada perkembangan ini yang tidak optimal berindikasi pada keterampilan motorik halus yang bermasalah.
Gangguan lain berkaitan dengan koordinasi, rasa sendi dan motor planning yang bermasalah. Contoh, ketika bola dilempar ke arah anak, ada dua kemungkinan respons anak, yaitu tangan menangkap terlambat sementara bola sudah sampai. Atau tangan melakukan gerak menangkap terlebih dahulu sementara bola belum sampai. Seharusnya, respons tangkap anak sesuai dengan stimulus datangnya bola dan anak bisa memprediksinya. Bila ada gangguan berarti anak bermasalah dalam sensori integrasinya. Sensori integrasi adalah mengintegrasikan gerak berdasarkan kemampuan dasar sensori anak. Tentunya ini dapat diatasi dengan terapi yang mengintegrasikan sensori-sensorinya.
Stimulasi:
Main lempar tangkap bola (gradasikan tingkat kesulitannya) yaitu posisi, besar bola, berat bola, dan jenis lambungan. Pada posisi bisa dilakukan sambil duduk kaki lurus, duduk kaki bersila, duduk kaki seperti huruf W ke belakang, jongkok, dan bahkan berdiri. Pada jenis lambungan, bisa dilakukan dengan lambungan dari atas, sejajar, atau lambungan dari bawah.
Main dartboard atau lempar panah. Gunakan jenis dartboard yang khusus buat anak-anak (yang aman dan tidak tajam), seperti jenis dartboard yang terbuat dari papan velcrow dan anak panahnya diganti dengan bola yang bervelcrow.

·         Tugas  Perkembangan motorik kasar pada anak
1.      Pada anak usia 1 tahun :
a.       Anak bisa bergerak di tempat yang rata
b.      Berdiri dan berjalan beberapa langkah
c.       Bejalan lancer atau cepat
d.      Bias langsung duduk saat jatuh
e.       Merangkak di tangga
f.       Menarik dan mendorong benda yang besar
g.      Melempar bola

2.      Pada usia 2 tahun :
a.                   Meloncat
b.                  Berjalan mundur
c.                   Menendang bola
d.                  Memanjat sofa
e.                   Berjalan jinjit
f.                   Berdiri sebelah kaki
g.                  Bangun tidur langsung duduk
h.                  Naik tangga
i.                    Duduk di sepeda
j.                    Mengayuh sepeda

3.      Tugas perkembangan motorik kasar pada usia 3 tahun :
a.                   Berjinjit sambil berjaln tanpa jatuh ( seimbang)
b.                  Melompat dengan satu kaki
c.                   Melompat dengan satu kaki lebih dari 5 detik
d.                  Berjalan menyusuri papan titian.
e.                   Melempar bola jarak jauh
f.                   Melampar bola besar
g.                  Mengendarai sepeda roda tiga

4.      Pada anak usia 4 tahun :
a.                   Sudah boleh menuruni tangga
b.                  Berjalan mundur dengan lurus

  1. PENYEBAB KETERLAMBATAN MOTORIK KASAR
            Keterlambatan motorik  kasar menunjukkan adanya kerusakan pada susunan saraf pusat seperti serebral palsi( gangguan motorik yang di sebabkan oleh kerusakan bagian otak yang mengatur otot –otot tubuh) :
-          Kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil
-          Bayi terlalu lama di jalan lahir , bayi terjepit jalan lahir, bayi menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
-          Kurang asupan nutrisi (asi) , menderita penyakit infeksi, asifisia, ikterus.
Gejala-gejala keterlambatan perkembangan motorik kasar pada anak :
1.      Bayi terlalu kaku
Perhatikan bila si kecil terus berbaring tanpa melakukan gerakan apapun serta kepalanya tidak dapat di angkat saat di gendong. Ini menunjukkan motorik kasar si kecil terlalu parah.
2.      Gerakan anak kurang aktif
Perhatikan bila gerak anak kurang aktif jika di bndingkan dengan anak sebaya nya .

  1. PENATALAKSANAAN
        Jika memang ditemukan adanya keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar si kecil, harus segera ditelusuri. Faktor-faktor  penyebabnya sebelum menentukan apa yang harus dilakukan .
1.         Pola Asuh
Bila penyebabnya karena masalah perbedaan pola asuh atau protektif, maka pertama-tama yang harus dirubah adalah sikap orang tua . Orang tua harus membiarkan anak bergerak bebas sebatas tidak membahayakan si kecil . Dengan upaya ini si kecil semakin terpicu untuk melatih semua tahap perkembangan motorik kasarnya.
2.         Kelainan Tubuh
Kalau penyebab keterlambatan tersebut karena kelainan tubuh tertentu maka harus dikonsultasikan dengan dokter anak . Berbagai kelainan tersebut misalnya otot yang tidak berkembang secara optimal atau karena adanya gangguan saraf tepi, kelainan sumsum tulang belakang , kurangnya tenaga untuk beraktivitas, ukuran kepala bayi yang abnormal serta kerusakan susunan saraf pusat. Melalui berbagai pemeriksanaan dokter dapat mendiagnosa penyebabnya dan mengatasi gangguannya .
3.         Kurang Bergerak
Keterlambatan perkembangan motorik kasar si kecil dapat pula disebabnya kurangnya ia bergerak atau kurangnya rangsangan. Kalau hal ini yang terjadi tatalaksana yang dapat dilakukan adalah dengan rehabilitasi medik antara lain melalui fisiotherapi. Fisiotherapi dapat menjadi salah satu alternative jalan keluar yaitu dengan melatih otot-otot tubuh si kecil sehingga kemampuan motorik kasarnya di harapkan berkembang optimal.
4.         Kecukupan Gizi
Gizi yang seimbang harus diberikan dengan baik agar bertumbuhan fisik anak optimal . Kondisi ini memungkinkan kemampuan motorik pun akan terasah dengan baik , sebaliknya kondisi gizi yang kurang atau buruk tentu akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan fisik dan kemampuannya secara umum.
5.         Kematangan Otot
Bayi yang memiliki kematangan otot sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kemampuan motorik kasarnya . Hal ini akan sulit pula untuk menstimulasinya. Yang perlu dilakukan hanyalah memberikan fisiotherapi okupasi ditambah terapi obat-obatan jika memang dianggap perlu .
6.         Berat Tubuh
Berat tubuh berlebihan berkemungkinan membuat bayi menjadi sulit mengembangkan kemampuan motorik kasarnya. Yang diperlukan adalah menjaga asupan makan si kecil agar berat bandannya mendekati angka ideal sehingga ia lebih nyaman bergerak .
7.         Kenyamanan
Kekurang nyamanan bisa disebabkan ada sesuatu yang melekat di tubuh bayi. Terkadang bayi menjadi sulit menggerakkan kaki karena terikat bedong. Saat mengajaknya belajar berjalan sebaiknya lepaskan kaos kaki dan kenakan kaos atau sepatu yang tidak licin.
8.         Pengalaman Negatif
Pengalaman negatif misalnya saat belajar merangkak, si kecil pernah terjatuh yang membuat gusinya berdarah. Kejadian ini dapat membuatnya trauma dan enggan melakukan latihan sehingga kemampuannya menjadi terlambat muncul.
9.         Sakit
Bayi sering mengalami sakit, diantaranya infeksi telinga, batuk, pilek maupun radang tenggorokan yang akan membuat perkembangan motoriknya terlambat disbanding bayi seusiannya.

  1. PATHWAY
 





















  1. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.      Identitas data umum
Umur                     : menyerang anak diusia tumbuh kembang
Status ekonomi   : nutrisi yang kurang merupakan salah satu penyebab dari gangguan motorik kasar.
Pendidikan            : Orang tua yang sibuk biasanya menggunakan pengasuh
Kultur/ suku          : suatu kebiasaan yang biasanya ada larangan untuk mengkonsumsi makanan pada masa tumbuh kembang .
2.      Keluhan Utama
3.      Riwayat kehamilan dan kelahiran
Prenatal              : kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil
Intranatal            : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
Post Natal          : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi , asfiksia ikterus
4.      Riwayat Masa Lampau
1)      Penyakit waktu kecil
2)      Pernah dirawat dirumah sakit
3)      Obat-obat yang digunakan
4)      Tindakan ( operasi )
5)      Alergi
6)      Kecelakaan
7)      Imunisasi
5.      Riwayat Keluarga
6.      Riwayat Kesehatan Lingkungan
1)      Lingkungan tempat tinggal, pola sosialisasi anak
2)      Kondisi rumah
7.      Riwayat psikososial spiritual
1)      Yang mengasuh
2)      Hubungan dengan anggota keluarga
3)      Hubungan dengan teman sebayanya
4)      Pembawaan secara umum
5)      Pelaksanaan kesuatu spiritual



Pengkajian menggunakan KMS,KKA, dan DDST
  1. Pertumbuhan
1)      Kaji BBL,BB saat kunjungan( )
2)      BB normal ( 1-3 tahun) – 2 a x b ( 12-4)
3)      BB normal ( 6-12 tahun ) umur 
4)      kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R = usia dalam tahun
5)      LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan

  1. Perkembangan
1)      Lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala , mengikuti objek dengan mata , mengoceh,
2)      Usia 3- 6 bulan mengangkat kepala 90 derajat , belajar meraih benda , tertawa , dan mengais  meringis ,.
3)      Usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu , tengkuarap , berbalik sendiri, merangkak , meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain  dan mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
4)      Usia 9-12 bulan =dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan kat-kata , mengerti ajakan  sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam permainan.
5)      Usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3 kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing .
6)      Usia 18-24 bulan = naik –turun tangga , menyusun 6 kata menunjuk kata dan hidung, belajar makan sendiri , menggambar garis , memperlihatkan minat pada anak lain dan bermain dengan mereka.
7)      Usia 2-3 tahun = belajar melompat , memanjat buat jembatan dengan 3 kotak , menyusun kalimat dan lain-lain.
8)      Usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian , menggambar berbicara dengan baik , menyebut wana , dan menyayangi saudara.
9)      Usia 4-5 tahun = melompat , menari, menggambar orang , dan menghitung.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan perkembangan motorik berhubungan dengan ;
1.      penurunan perkembangan fisik atau ketergantungan di sebabkan karena adanya kerusakan pada system tubuh ,atau penyakit tertentu
2.      kurangnya stimulasi dari orang tua
3.      perubahan  lingkungan
4.      keterbatasan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sosialisasi atau bermain atau pendidikan .

C.     INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tujuan :
1.    Orang tua mengerti tentang tugas tentang perkembangan sesuai dengan kelompok usia .
2.    Anak bisa melakukan perawatan diri sesuai usia
3.    Anak dapat bersosialisasi sesuai dengan usia
Rencana tindakan :
1.      Ajari orang tua terhadap tugas perkembangan sesuai dengan kelompok anak
2.      berikan kesempatan pada anak bermain dengan teman sebayanya
3.      berikan stimulasi dengan menggunakan bermacam-macam mainan
4.      berikan waktu istirahat dan lakukan observasi kepada orang tua selama interaksi dan makan
5.      anjurkan perawatan diri sendiri .

D.    EVALUASI
Anak menunjukkan perubahan dan perkembangan yang lebih dan terjadi pencapaian dalam tugas perkembangan sesuai dengan klompok usia dan ukuran fisik sesuai batasan ideal anak















DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Alimul, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Surabaya; Salemba Medika
Hidayat, Alimul, A. 2002. Buku Saku Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
Soetjinigsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Surabaya : EGC