LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS PARU
A.
PENGERTIAN
Tuberkulosis pulmoner adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium
tuberculosis.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat
menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. (suyono, 2001)
B.
ETIOLOGI
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 –
4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA).
C.
PATOFISIOLOGI
& PATHWAYS
1.
PATOFISIOLOGI
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi. Bakteri
dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak diri, basil juga
dipindahkan melalui system limfe dan pembuluh darah ke area paru lain dan
bagian tubuh lainnya.
System imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
menelan banyak bakteri, limfosit specific tuberculosis melisis basil dan
jaringan normal, sehingga mengakibatkan penumpukkan eksudat dalam alveoli dan
menyebabkan bronkopnemonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan yang
sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif. Granuloma diubah
menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya disebut komplek Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag)
menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami
kalsifikasi, memebentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa
perkembangan penyakit aktif. Individu dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau respon inadekuat system imun, maupun karena infeksi ulang dan
aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan
bahan seperti keju ke bronki. Bakteri kemudian menyebar di udara, mengakibatkan
penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak
mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut. (Smeltzer & Bare,2001)
2.
PATHWAYS
|
|
Mycobacterium
|
menempel alveoli
|
reaksi
inflamasi/peradangan
penumpukkan
eksudat dalam alveoli
tuberkel
produksi secret berlebih
meluas mengalami perkejuan secret sukar dikeluarkan dibatukkan/bersin
penyebaran kalsifikasi
terhirup orang lain
hematogen
limfogen mengganggu perfusi
& difusi O2
|
asam
lambung ↑
|
mual, anoreksia
|
D.
KLASIFIKASI
Klasifikasi tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan
kelainan klinis, radiologist dan mikrobiologis :
1.
Tuberkulosis paru
2.
Bekas tuberculosis paru
3.
Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam :
a.
TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif,
tapi tanda-tanda lain positif)
b.
TB paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA
negatif dan tanda-tanda lain meragukan)
E.
MANIFESTASI
KLINIK
Gambaran klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada infeksi awal dan
mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif.bila timbul
infeksi aktif klien biasanya memperlihatkan gejala :batuk purulen produktif
disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi hari), malaise, keringat malam,
gejala flu, batuk darah, kelelahan, hilang nafsu makan dan penurunan berat
badan. (Corwin,2001)
F.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Darah
: lekosit sedikit meninggi, LED meningkat
2.
Sputum : BTA dilakukan untuk memperkuat diagnosa TB
aktif dan memperkirakan tingkat infeksinya, ini dilakukan selama dalam 3 hari
berturut-turut. Pada BTA positif ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman
dalam satu sediaan, dengan kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml sputum.
3. Tes
tuberculin : tes ini dikatakan positif jika indurasi lebih dari 10 – 15
mm.
4.
Rontgent : Foto thorak PA tampak gambaran bercak-bercak
seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas berupa cincin; pada
kalsifikasi tampak bercak padat dengan densitas tinggi.
5.
Broncografi : pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronkus dan paru.
6.
Pemeriksaan serologi : ELISA, Mycodot, untuk mendeteksi
antibody IgG specific terhadap basil TB.
7. Pemeriksaan
PA : pemeriksaan biopsy pada kelenjar getah bening superficial leher, yang
biasanya didapatkan hasil limfadenitis pada klien TB. (Revees, 2001)
G.
PENATALAKSANAAN
·
Penyuluhan tentang
penyakit kepada semua anggota keluarga.
·
Pemberian obat-obatan
:
Ø
OAT (obat anti
tuberkulosa) :
Ø
0bat ini diberikan dalam jangka waktu tertentu
dan jumlah tertentu pula yang harus dilakukan sampai tuntas / diminum sampai habis.
Ø
Bronchodilatator /
Expektoran
Ø
OBH
Ø
Vitamin
·
Menjaga kesehatan
fisik dengan aktifitas teratur, pola hidup sehat, termasuk makan makanan sehat
bergizi.
·
Fisioterapi dan
rehabilitasi
·
Konsultasi secara
teratur tentang perkembangan penyakitnya.
H.
PENGKAJIAN
1. Aktifitas/istirahat
Kelelahan umum
dan kelemahan, nafas pendek, sulit tidur atau demam pada malam hari, menggigil,
berkeringat.
Takikardia,
takipnea/dispnea, kelelahan otot, nyeri, sesak(tahap lanjut).
2. Integritas
ego
Stress lama,
perasaan tidak berdaya/ tidak ada harapan.
Menyangkal (pada
tahap dini), ansietas, ketakutan.
3. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu
makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat badan.
Turgor kulit
buruk, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
4. Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada
karena batuk berulang.
Perilaku
distraksi, berhati-hati pada area sakit, gelisah.
5. Pernafasan
Batuk
(produktif/tidak produktif), nafas pendek.
Peningkatan
frekuensi pernafasan, pengembangan paru tidak simetri, perkusi paru pekak dan
penurunan fremitus, deviasi tracheal.
6. Keamanan
Adanya kondisi
penekanan imun, demam rendah atau sakit panas akut.
7. Interaksi
social
Perasaan
isolasi/penolakan, perubahan peran.
I.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri
maupun orang lain b.d virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang
pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
2.
Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas b.d secret
kental, upaya batuk buruk.
3.
Resiko kerusakan pertukaran gas b.d kerusakan membrane
alveolar kapiler, penurunan permukaan efektif paru.
4.
Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia.
5.
Hiperthermia b.d proses peradangan.
6.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan
dan pencegahan penyakit b.d kurang/tidak lengkap informasi yang ada.
J.
INTERVENSI
1.
Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri
maupun orang lain b.d virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat, kurang
pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
Tujuan : klien
dapat mengidentifikasi tindakan untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Kriteria hasil :
klien menunjukkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Intervensi :
a. Kaji
patologi penyakit dan potensial penyebaran infekasi melalui droplet
b. Identifikasi
orag lain yang beresiko (anggota keluarga/teman)
c. Anjurkan
klien untuk batuk / bersin pada tisu dan menghindari meludah
d. Lakukan
tindakan isolasi sebagai pencegahan
e. Pertahankan
teknik aseptic saat melakukan tindakan perawatan
f. Kaji
adanya tanda-tanda klinis proses infeksi
g. Identifikasi
adanya factor resiko terjadinya infeksi ulang
h. Beritahu
klien dan keluarga tentang pentingnya pengobatan yang tuntas
i.
Kolaborasi pemberian obat anti tuberculosis
2.
Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas b.d secret
kental, upaya batuk buruk.
Tujuan :
mempertahankan jalan nafas adekuat
Kriteria hasil :
klien dapat mengeluarkan secret tanpa bantuan, menunjukkan perilaku memperbaiki
bersihan jalan nafas
Intervensi :
a.
Kaji fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan irama,
kedalaman, penggunaan otot aksesori
b.
Kaji kemempuan klien untuk mengeluarkan sputum/batuk
efektif
c.
Berikan posissi semi atau fowler tinggi
d.
Bantu klien untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif
e.
Bersihkan secret dari mulut/trachea, lakukan
penghisapan jika perlu
f.
Pertahankan asupan cairan 2500 ml per hari
g.
Kolaborasi pemberian obat agen mukolitik, bronkodilator
3.
Resiko kerusakan pertukaran gas b.d kerusakan membrane
alveolar kapiler, penurunan permukaan efektif paru.
Tujuan : klien
tidak menunjukkan gejala distress pernafasan
Kriteria hasil :
rentang AGD dalam batas normal, tidak ada dispnea
Intervensi :
a.
Kaji dispnea, takipnea, peningkatan upaya bernafas,
terbatasnya ekspansi dada dan kelemahan
b.
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis,
perubahan warna kulit
c.
Tingkatkan tirah baring/batasi aktifitas, bantu ADL
d.
Kolaborasi pemberian oksigen dan pengawasan AGD
4.
Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia.
Tujuan : klien
bebas dari tanda malnutrisi
Kriteria hasil :
BB naik,
Intervensi :
a.
Kaji status nutrisi, turgor kulit, integritas mukosa
oral, berat badan dan kekurangan BB, kemampuan menelan, riwayat mual, muntah,
diare
b.
Pastikan pola diet yang disukai atau tidak disukai
klien
c.
Berikan diit tinggi protein dan karbohidrat dalam porsi
kecil tetapi sering
d.
Awasi masukan/pengeluaran dan perubahan BB secara
periodik
e.
Berikan perawatan mulut setiap hari
f.
Dorong orang terdekat untuk membawa makanan kesukaan klien, kecuali kontraindikasi
g.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi
diet
5.
Hiperthermia b.d proses peradangan.
Tujuan :
mempertahankan suhu tubuh normal
Intervensi :
a.
Pantau suhu tubuh klien, perhatikan
menggigil/diaforesis
b.
Pantau suhu lingkungan dan ventilasi
c.
Batasi penggunan pakaian atau linen tebal
d.
Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol
e.
Anjurkan untuk mempertahankan masukan cairan adekuat untuk
mencegah dehidrasi
f.
Kolaborasi pemberian antipiretik
6.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan
dan pencegahan penyakit b.d kurang/tidak lengkap informasi yang ada.
Tujuan : klien
memahami proses penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kriteria hasil
: klien melakukan perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan
Intervensi :
a. Kaji
kemampuan klien untuk belajar, tingkat partisipasi
b.
Identifikasi gejala yang harus dilaporkan klien ke
perawat (hemoptisis, nyeri dada, demam, sulit bernafas)
c.
Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus untuk
klien (jadwal obat)
d.
Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, efek samping
dan alasan pengobatan lama
e.
Berikan inforamasi mengenai proses penyakit, prognosis,
cara pencegahan dan penularan
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C.
& Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s
textbook of medical–surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa :
Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000
Doengoes, M.E.,
Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing
care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih
bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta: EGC; 1999
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001
Corwin,
E.J. Handbook of pathophysiology.
Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001
Reeves, C.J., Roux,
G., Lockhart, R. Medical – surgical
nursing. Alih bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001
LAPORAN
PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TUBERKULOSIS
Oleh:
Ferry
Rama Purnama
07.01.0601
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN VII
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar